Rabu, 29 Februari 2012

Kisah 2 malaikat & pembelahan dada

  1.  Perkawinan Abdullah dengan Aminah - Abdullah wafat -
       Muhammad lahir disusukan oleh Keluarga Sa'd - Kisah
       dua malaikat - Lima tahun selama tinggal di pedalaman
       - Aminah wafat - Di bawah asuhan Abd'l-Muttalib -
       Abd'l-Muttalib wafat - Di bawah asuhan Abu Talib -
       Pergi ke Suria dalam usia dua belas tahun- Perang
       Fijar - Menggembala kambing - Ke Suria membawa
       dagangan Khadijah - Perkawinannya dengan Khadijah
    
    USIA Abd'l-Muttalib sudah  hampir  mencapai  tujuhpuluh  tahun
    atau   lebih   tatkala  Abraha  mencoba  menyerang  Mekah  dan
    menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu  umur  Abdullah  anaknya
    sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan.
    Pilihan Abd'l-Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahb  bin  Abd
    Manaf  bin Zuhra, - pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai
    pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka  pergilah
    anak-beranak  itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. Ia dengan
    anaknya menemui Wahb dan melamar puterinya.  Sebagian  penulis
    sejarah  berpendapat,  bahwa  ia  pergi  menemui  Uhyab, paman
    Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah  meninggal  dan  dia  di
    bawah  asuhan  pamannya.  Pada hari perkawinan Abdullah dengan
    Aminah itu, Abd'l-Muttalib  juga  kawin  dengan  Hala,  puteri
    pamannya.  Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan
    yang seusia dengan dia.
    
    Abdullah dengan Aminah  tinggal  selama  tiga  hari  di  rumah
    Aminah,  sesuai  dengan  adat  kebiasaan  Arab bila perkawinan
    dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah  itu
    mereka  pindah  bersama-sama  ke  keluarga Abd'l-Muttalib. Tak
    seberapa lama kemudian Abdullahpun  pergi  dalam  suatu  usaha
    perdagangan  ke  Suria  dengan  meninggalkan isteri yang dalam
    keadaan hamil. Tentang ini masih terdapat beberapa  keterangan
    yang  berbeda-beda:  adakah  Abdullah kawin lagi selain dengan
    Aminah;  adakah  wanita  lain  yang  datang  menawarkan   diri
    kepadanya?     Rasanya    tak    ada    gunanya    menyelidiki
    keterangan-keterangan semacam ini. Yang pasti  ialah  Abdullah
    adalah  seorang  pemuda  yang tegap dan tampan. Bukan hal yang
    luar biasa jika ada wanita lain yang ingin  menjadi  isterinya
    selain  Aminah. Tetapi setelah perkawinannya dengan Aminah itu
    hilanglah harapan yang lain walaupun  untuk  sementara.  Siapa
    tahu,   barangkali   mereka  masih  menunggu  ia  pulang  dari
    perjalanannya ke  Syam  untuk  menjadi  isterinya  di  samping
    Aminah.
    
    Dalam  perjalanannya  itu  Abdullah  tinggal  selama  beberapa
    bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali  lagi.
    Kemudian  ia  singgah  ke  tempat  saudara-saudara  ibunya  di
    Medinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam
    perjalanan.  Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan kafilah
    ke Mekah. Akan tetapi kemudian ia menderita  sakit  di  tempat
    saudara-saudara  ibunya  itu.  Kawan-kawannyapun  pulang lebih
    dulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan  berita
    sakitnya itu kepada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.
    
    Begitu  berita sampai kepada Abd'l-Muttalib ia mengutus Harith
    - anaknya yang sulung - ke  Medinah,  supaya  membawa  kembali
    bila  ia  sudah  sembuh.  Tetapi  sesampainya  di  Medinah  ia
    mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan
    pula,   sebulan   sesudah   kafilahnya   berangkat  ke  Mekah.
    Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan  membawa  perasaan
    pilu  atas  kematian  adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa
    hati Abd'l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan
    seorang  suami  yang  selama  ini  menjadi harapan kebahagiaan
    hidupnya. Demikian juga Abd'l-Muttalib sangat sayang kepadanya
    sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang demikian rupa
    belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum itu.
    
    Peninggalan Abdullah sesudah  wafat  terdiri  dari  lima  ekor
    unta,  sekelompok  ternak kambing dan seorang budak perempuan,
    yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh  Nabi.  Boleh
    jadi   peninggalan   serupa  itu  bukan  berarti  suatu  tanda
    kekayaan; tapi  tidak  juga  merupakan  suatu  kemiskinan.  Di
    samping  itu  umur  Abdullah yang masih dalam usia muda belia,
    sudah mampu bekerja dan berusaha mencapai kekayaan. Dalam pada
    itu  ia  memang tidak mewarisi sesuatu dari ayahnya yang masih
    hidup itu.
    
    Aminah sudah hamil, dan kemudian, seperti  wanita  lain  iapun
    melahirkan.  Selesai  bersalin  dikirimnya berita kepada Abd'l
    Muttalib  di  Ka'bah,  bahwa  ia   melahirkan   seorang   anak
    laki-laki.  Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima
    berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira
    sekali  hatinya  karena  ternyata pengganti anaknya sudah ada.
    Cepat-cepat ia menemui menantunya itu,  diangkatnya  bayi  itu
    lalu  dibawanya  ke  Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini
    tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal. Kemudian
    dikembalikannya  bayi  itu  kepada  ibunya. Kini mereka sedang
    menantikan orang yang akan menyusukannya  dari  Keluarga  Sa'd
    (Banu  Sa'd),  untuk  kemudian  menyerahkan anaknya itu kepada
    salah seorang dari mereka, sebagaimana sudah menjadi adat kaum
    bangsawan Arab di Mekah.
    
    Mengenai  tahun  ketika  Muhammad  dilahirkan,  beberapa  ahli
    berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah
    (570  Masehi).  Ibn  Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun
    Gajah itu. Yang lain berpendapat  kelahirannya  itu  limabelas
    tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang mengatakan
    ia dilahirkan beberapa hari  atau  beberapa  bulan  atau  juga
    beberapa  tahun  sesudah  Tahun  Gajah. Ada yang menaksir tiga
    puluh tahun, dan ada  juga  yang  menaksir  sampai  tujuhpuluh
    tahun.
    
    Juga para ahli berlainan pendapat mengenai bulan kelahirannya.
    Sebagian besar mengatakan ia dilahirkan bulan Rabiul Awal. Ada
    yang  berkata lahir dalam bulan Muharam, yang lain berpendapat
    dalam bulan Safar, sebagian lagi menyatakan dalam bulan Rajab,
    sementara yang lain mengatakan dalam bulan Ramadan.
    
    Kelainan  pendapat itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan.
    Satu pendapat mengatakan pada malam kedua  Rabiul  Awal,  atau
    malam   kedelapan,   atau   kesembilan.  Tetapi  pada  umumnya
    mengatakan, bahwa dia dilahirkan pada tanggal duabelas  Rabiul
    Awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain.
    
    Selanjutnya   terdapat   perbedaan   pendapat  mengenai  waktu
    kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian  juga  mengenai
    tempat  kelahirannya di Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai
    sur  l'Histoire  des   Arabes   menyatakan,   bahwa   Muhammad
    dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia
    dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd'l-Muttalib.
    
    Pada  hari  ketujuh  kelahirannya  itu  Abd'l-Muttalib   minta
    disembelihkan   unta.   Hal   ini  kemudian  dilakukan  dengan
    mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui
    bahwa  anak  itu  diberi  nama Muhammad, mereka bertanya-tanya
    mengapa ia tidak suka memakai nama nenek  moyang.  "Kuinginkan
    dia akan  menjadi  orang  yang Terpuji,1  bagi Tuhan di langit
    dan bagi makhlukNya di bumi," jawab Abd'l Muttalib.
    
    Aminah masih menunggu  akan  menyerahkan  anaknya  itu  kepada
    salah  seorang  Keluarga  Sa'd  yang  akan menyusukan anaknya,
    sebagaimana sudah menjadi kebiasaan  bangsawan-bangsawan  Arab
    di    Mekah.    Adat   demikian   ini   masih   berlaku   pada
    bangsawan-bangsawan  Mekah.  Pada   hari   kedelapan   sesudah
    dilahirkan  anak  itupun  dikirimkan  ke  pedalaman  dan  baru
    kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh
    tahun.  Di  kalangan  kabilah-kabilah  pedalaman yang terkenal
    dalam menyusukan ini di antaranya  ialah  kabilah  Banu  Sa'd.
    Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah
    menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya,
    Abu  Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah
    yang juga kemudian disusukannya. Jadi  mereka  adalah  saudara
    susuan.
    
    Sekalipun  Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, namun
    ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya.
    Setelah  wanita  itu  meninggal  pada tahun ketujuh sesudah ia
    hijrah ke Medinah,  untuk  meneruskan  hubungan  baik  itu  ia
    menanyakan  tentang  anaknya yang juga menjadi saudara susuan.
    Tetapi kemudian  ia  mengetahui  bahwa  anak  itu  juga  sudah
    meninggal sebelum ibunya.
    
    Akhirnya  datang  juga  wanita-wanita  Keluarga Sa'd yang akan
    menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang  akan
    mereka  susukan.  Akan  tetapi  mereka  menghindari  anak-anak
    yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa  dari
    sang  ayah.  Sedang  dari  anak-anak yatim sedikit sekali yang
    dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di  antara  mereka  itu
    tak  ada  yang  mau  mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat
    hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat  mereka
    harapkan.
    
    Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak
    Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat
    bayi  lain  sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang
    seorang  wanita  yang  kurang  mampu,  ibu-ibu  lainpun  tidak
    menghiraukannya.  Setelah  sepakat  mereka  akan  meninggalkan
    Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya:
    "Tidak  senang  aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa
    membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim  itu
    dan akan kubawa juga."
    
    "Baiklah,"  jawab  suaminya.  "Mudah-mudahan  karena itu Tuhan
    akan memberi berkah kepada kita."
    
    Halimah  kemudian  mengambil  Muhammad  dan  dibawanya   pergi
    bersama-sama   dengan   teman-temannya   ke   pedalaman.   Dia
    bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa  mendapat
    berkah.   Ternak   kambingnya   gemuk-gemuk   dan   susunyapun
    bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
    
    Selama dua tahun Muhammad tinggal di  sahara,  disusukan  oleh
    Halimah  dan  diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara dan
    kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali
    menjadi  besar,  dan  menambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan
    badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih,
    Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya  dan  sesudah  itu
    membawanya kembali ke  pedalaman.  Hal  ini  dilakukan  karena
    kehendak  ibunya,  kata sebuah keterangan, dan keterangan lain
    mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa  kembali
    supaya  lebih  matang,  juga  memang  dikuatirkan  dari adanya
    serangan wabah Mekah.
    
    Dua tahun lagi anak itu tinggal  di  sahara,  menikmati  udara
    pedalaman  yang  jernih  dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu
    ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.
    
    Pada masa itu, sebelum usianya  mencapai  tiga  tahun,  ketika
    itulah  terjadi  cerita  yang  banyak dikisahkan orang. Yakni,
    bahwa  sementara  ia  dengan  saudaranya  yang  sebaya  sesama
    anak-anak   itu  sedang  berada  di  belakang  rumah  di  luar
    pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd
    itu   kembali   pulang  sambil  berlari,  dan  berkata  kepada
    ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy  itu  telah  diambil
    oleh  dua  orang  laki-laki  berbaju  putih.  Dia dibaringkan,
    perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."
    
    Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan,  bahwa  mengenai
    diri  dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya
    ke  tempat  itu.  Kami  jumpai  dia  sedang  berdiri.  Mukanya
    pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
    tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh
    dua  orang  laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu
    perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu
    aku apa yang mereka cari."
    
    Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat
    ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah  itu,
    dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di  Mekah. Atas
    peristiwa ini Ibn Ishaq  membawa  sebuah  Hadis  Nabi  sesudah
    kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq
    nampaknya  hati-hati  sekali  dan   mengatakan   bahwa   sebab
    dikembalikannya  kepada  ibunya bukan karena cerita adanya dua
    malaikat itu, melainkan - seperti cerita Halimah kepada Aminah
    -  ketika  ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada
    beberapa orang Nasrani  Abisinia  memperhatikan  Muhammad  dan
    menanyakan   kepada   Halimah  tentang  anak  itu.  Dilihatnya
    belakang anak itu, lalu mereka berkata:
    
    "Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di  negeri  kami.
    Anak  ini  akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui
    keadaannya." Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri  dari
    mereka  dengan  membawa  anak  itu.  Demikian juga cerita yang
    dibawa oleh Tabari, tapi  ini  masih  di  ragukan;  sebab  dia
    menyebutkan   Muhammad   dalam   usianya   itu,  lalu  kembali
    menyebutkan  bahwa  hal  itu  terjadi   tidak   lama   sebelum
    kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.
    
                                        
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar